USULAN RANCANGAN PENYUSUNAN SKRIPSI
PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN
LINGKUNGAN KERJA
TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN SERTA
DAMPAK PADA PENCAPAIAN PT.
HYUP SUNG INDONESIA
PURBALINGGA

Diajukan oleh :
BUDI
INDRA SETIAWAN
NIM
: 201811059
PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS
EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MURIA KUDUS TAHUN 2021
PERSETUJUAN
RANCANGAN PENYUSUNAN SKRIPSI
Nama
: Budi Indra Setiawan
NIM : 201811059
Program
Studi : Manajemen
Konsentrasi :
Manajemen Sumber Daya Manusia
Dosen
Pembimbing : 1.
2.
Judul
Skripsi : PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN
LINGKUNGAN KERJA
TERHADAP KEPUASAN KERJA
KARYAWAN PT. HYUP SUNG
INDONESIA
PURBALINGGA
Kudus 2021
Pembimbing I
Pembimbing II
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam
rangka menghadapi persaingan dunia usaha yang semakin kompetitif, perusahaan dituntut untuk dapat
mengoptimalkan semua sumber daya yang dimiliki, baik modal, mesin dan sarana
kerjanya, metode kerja, bahan baku, material, pemasaran maupun manusia. Tidak
sedikit jumlahnya para ilmuwan yang menganggap faktor-faktor produksi tersebut
sama pentingnya (yang satu tidak lebih rendah dari yang lain). Di lain pihak,
tidak sedikit pengusaha yang hanya menganggap penting faktor produksi modal.
Walaupun sumber daya - sumber daya tersebut penting bagi organisasi, faktor
yang menunjukkan keunggulan kompetitif potensial perusahaan adalah sumber daya
manusia. Tanpa adanya sumber daya manusia, yang menggerakkan faktor-faktor
produksi tersebut, sumbersumber yang dimiliki tidak akan dapat produktif.
Sumber daya manusia membuat sumber daya organisasi lainnya berjalan (Simamora,
2006,15)
Mengingat
begitu vitalnya peranan sumber daya perusahaan, sudah sepatutnya jika suatu
perusahaan memperhatikan aspek-aspek kerja yang berkaitan dengan sumber daya
manusia (karyawan perusahaan). Karena karyawan yang memiliki motivasi kerja
yang kuat merupakan keunggulan kompetitif suatu perusahaan. Menurut Rivai (2004
: 455-456) motivasi kerja merupakan serangkaian sikap dan nilai-nilai yang
mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuannya.
Sikap dan nilai tersebut merupakan sesuatu yang invisible (tak kelihatan) yang memberikan kekuatan untuk mendorong
individu bertingkah laku dalam mencapai tujuannya. Menurut Wursanto (2003 :
300) sikap dan nilai yang mempengaruhi individu untuk bertindak dalam
perusahaan tersebut adalah kebutuhan (needs).
Menurut
Luthans (1998: 142) kepuasan kerja adalah suatu keadaan emosi seseorang yang
positif atau menyenangkan dari suatu pekerjaan. Sedangkan menurut Handoko
(2000: 32) kepuasan kerja (job
satisfaction) adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak
menyenangkan bagi para karyawan dalam memandang pekerjaan mereka. Kepuasan
kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya, yang nampak dalam
sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di
lingkungan pekerjaanya.
Seseorang
cenderung bekerja dengan penuh semangat apabila kepuasan dapat diperolehnya
dari pekerjaannya dan kepuasan kerja karyawan merupakan kunci pendorong moral,
kedisiplinan, dan prestasi kerja karyawan dalam mendukung terwujudnya tujuan
perusahaan
(Hasibuan,
2001:203). As’ad (1995 :103) mengutip perkataan Louis A Allen tentang
pentingnya kepuasan kerja dalam kalimat : “betapapun sempurnanya
rencana-rencana organisasi dan pengawasan serta penelitiannya, bila mereka
tidak dapat menjalankan tugasnya dengan minat dan gembira, maka suatu
perusahaan tidak akan mencapai hasil sebanyak yang sebenarnya dapat
dicapainya.” Dari kalimat tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor manusia cukup
berperan dalam pencapaian tujuan perusahaan. Karena karyawan yang puas akan
bekerja dengan lebih baik dan produktif, sehingga perusahaan pada akhirnya akan
dapat mencapai keunggulan bersaing. Sedangkan Robbins menjabarkan bahwa seorang
pekerja yang bahagia adalah seorang pekerja yang produktif, menurut Robbins,
kepuasan kerja memiliki hubungan yang negatif dengan kemangkiran dan tingkat
keluarnya karyawan (Robbins, 2002:182).
Pada
dasarnya, perusahaan bukan saja mengharapkan karyawan yang mampu, cakap, dan
terampil; tetapi yang terpenting mereka mau bekerja giat dan berkeinginan untuk
mencapai hasil kerja yang optimal. Kemampuan, kecakapan, dan keterampilan
karyawan tidak ada artinya bagi perusahaan, jika mereka tidak mau bekerja keras
dengan mempergunakan kemampuan, kecakapan, dan keterampilan yang dimilikinya.
Motivasi kerja penting karena dengan motivasi kerja diharapkan setiap karyawan
mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai produktivitas kerja yang tinggi.
Pentingnya karyawan
harus memiliki motivasi kerja yang tinggi juga dijelaskan oleh McClelland.
Menurut McClelland (1961) fungsi motivasi kerja
bagi karyawan adalah 1) energizer yaitu
motor penggerak yang mendorong karyawan untuk berbuat sesuatu; 2) directedness yaitu menentukan arah
perbuatan karyawan kearah tujuan yang ingin dicapai; dan 3) patterning yaitu menyelesaikan
perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan.
Pada umumnya, orang mau bekerja untuk dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan
(fisik dan mental), baik itu kebutuhan yang disadari maupun kebutuhan yang
tidak disadari. Pemenuhan kebutuhan tersebut merupakan dasar dari motivasi
kerja seorang karyawan. Jika dalam proses pemenuhan kebutuhan tersebut karyawan
merasakan adanya peluang dalam mencapai tujuannya, maka motivasi untuk
mencapainya akan makin berlipat. Saat tujuannya tercapai, yakni pemenuhan
kebutuhan, seseorang karyawan akan merasakan kepuasan dari aktivitasnya untuk
memenuhi kebutuhan tersebut. Masalah yang timbul adalah bahwa kebutuhan
masing-masing orang berbeda satu dengan yang lain. Maka perusahaan haruslah
menjadi suatu lembaga yang menyediakan kesempatan dalam pemenuhan kebutuhan
bagi para pekerjanya. Karena menurut Thoha (2008:203), bahwa motivasi,
kebutuhan, atau dorongan membuat seseorang berperilaku. Penting juga bagi
perusahaan untuk mengarahkan perilaku para pekerjanya agar tercapai tujuan
perusahaan secara keseluruhan dan juga tujuan individu para pekerjanya.
Selain
faktor motivasi kerja, faktor lain yang berpengaruh terhadap kepuasan kerja
adalah lingkungan kerja. Menurut Rivai (2004 : 146) lingkungan kerja merupakan
elemen-elemen organisasi sebagai sistem sosial yang mempunyai pengaruh kuat di
dalam pembentukan perilaku individu pada organisasi dan berpengaruh terhadap
prestasi organisasi.
Lingkungan
kerja meliputi lingkungan fisik dan lingkungan non fisik.
Lingkungan
fisik seperti kebisingan, tata ruang dan peralatan. Sedangkan yang mencakup
lingkungan non fisik meliputi status, sistem administrasi, hubungan sosial,
kebijakan dan kepemimpinan.
Menurut
Wursanto (2003 : 301) karyawan juga membutuhkan lingkungan kerja yang dapat
memberikan kepuasan psikologis, seperti memiliki hubungan yang harmonis.
Lingkungan kerja yang kondusif mendorong karyawan untuk memiliki produktivitas
yang tinggi. Produktivitas karyawan dipengaruhi tidak hanya oleh cara pekerjaan dirancang dan bagaimana
mereka diberikan imbalan secara ekonomis, tetapi juga oleh faktor sosial dan
faktor psikologis.
Temuan ini merupakan yang pertama
mengindikasikan bahwa faktor sosial di dalam suatu lingkungan kerja dapat mempunyai
dampak signifikan atas produktivitas para karyawan. Produktivitas berkaitan
secara langsung dengan intensitas kerja sama dan kerja tim kelompok. Pada
intinya, organisasi para karyawan disikapi sebagai sebuah sistem sosial.
PT.
Hyup Sung Indonesia adalah perusahaan yang bergerak pada produksi bulu mata.
Perusahaan ini didirikan oleh pengusaha asal negeri Korea yang benama Mr. Park
Noh Jin dan perusahaan ini berlokasi di jalan raya Karanganyar Km 1 Desa
Karanganyar, Kecamatan Kalimanah, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Bulu mata
yang diproduksi oleh perusahaan ini merupakan bulu mata palsu yang terbuat dari
plasik sintetis yang diimpor langsung dari Korea. Untuk pemasaran produknya,
selain di dalam negeri produk ini juga diekspor ke luar negeri seperti Korea,
China, Jepang, Turkey, Lebanon, USA, dan Mexico.
Berdasarkan
pengamatan dan wawancara yang dilakukan peneliti, diperoleh bahwa kepuasan
kerja karyawan PT. Hyup Sung Indonesia saat ini dapat dikatakan rendah. Hal ini
didukung dengan tingkat absensi karyawan
PT. Hyup Sung Indonesia yang semakin menurun tiap bulannya seperti yang
ditunjukan pada tabel absensi karyawan berikut ini:
Tabel 1. Tigkat Absensi
Karyawan PT. Hyup Sung Indonesia
Purbalingga
(4 bulan terakhir)
|
Bulan
|
|
Absensi
|
|
Jumlah
|
|
Ijin
|
Sakit
|
Tanpa Keterangan |
||
|
Juni 2013 |
3
|
4
|
2
|
9
|
|
Juli 2013 |
5
|
3
|
4
|
12
|
|
Agustus 2013 |
6
|
4
|
3
|
13
|
|
September 2013 |
8
|
2
|
6
|
16
|
Sumber:
data sekunder perusahaan (2013)
Dari
data tersebut dapat diketahui bahwa ternyata dalam 4 bulan terakhir ini semakin
banyak karyawan yang tingkat kemangkirannya meningkat. Dari yang awalnya hanya
9 orang pada bulan Juni meningkat menjadi 16 orang pada bulan September.
Setelah dilakukan observasi dan wawancara terhadap salah seorang karyawan PT.
Hyup Sung Indonesia diketahui bahwa, kenaikan jumlah kemangkiran karyawan
kebanyakan disebabkan oleh kurangnya motivasi kerja, lingkungan kerja yang
bermasalah, kurangnya gaji, hubungan antar karyawan yang kurang baik, kejenuhan
terhadap pekerjaan, dan supervisi yang kurang baik. Akan tetapi yang paling
berpengaruh terhadap kemangkiran adalah motivasi kerja dan lingkungan kerja.
Berdasarkan informasi tersebut, kemudian penulis menarik kesipulan bahwa
ternyata yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan PT. Hyup Sung Indonesia
adalah motivasi kerja dan lingkungan kerja.
Permasalahan
yang telah diuraikan di atas dirasa dapat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan
PT. Hyup Sung Indonesia. Untuk itu perusahaan perlu memperhatikan faktor-faktor
yang terkait dengan motivasi kerja dan lingkungan kerja karyawan. Berdasarkan
latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul “Pengaruh Motiasi Kerja dan Lingkungan Kerja terhadap Kepuasan Kerja
Karyawan PT. Hyup Sung Indonesia, Purbalingga”.
2. Idenifikasi
masalah
Berdasarkan
latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas, maka masalah dalam
penelitian ini diidentifikasikan sebagai berikut:
·
yang kurang baik antar karyawan PT. Hyup
Sung Indonesia baik antara pimpinan dan bawahan ataupun antar bagian.
- Karyawan
merasa tugas kerja yang dikerjakan dianggap kurang menarik.
- Kurangnya
perhatian pimpinan terhadap karyawan PT. Hyup Sung Indonesia.
·
Gaji yang didapatkan oleh karyawan PT.
Hyup Sung Indonesia dirasa masih kurang dan belum mampu memenuhi kebutuhan
hidupnya dan keluarganya. Kepuasan kerja karyawan PT. Hyup Sung Indonesia belum
terpenuhi secara menyeluruh.
- Motivasi
kerja karyawan PT. Hyup Sung Indonesia relatif rendah.
·
Keadaan lingkungan kerja yang belum
kondusif antar karyawan PT. Hyup Sung Indonesia.
- Adanya
hubungan
- Organisasi
dan manajemen PT. Hyup Sung Indonesia , dirasa kurang mampu memberikan situasi dan kondisi
kerja yang stabil , untuk memberikan kepuasan kerja kepada karyawan.
3. Batasan
masalah
Berdasarkan
latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka permasalahan
pada penelitian ini dibatasi utuk menghidari terjadinya pembahasan yang terlalu
luas. Peneliti membatasi masalah penelitian pada pengaruh motivasi kerja dan
lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja.
4. Rumusan
masalah
Berdasarkan
masalah di atas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan pokok-pokok
permasalahan sebagai berikut:
Ø Bagaimana
kondisi motivasi kerja, lingkungan kerja dan kepuasan kerja karyawan PT. Hyup
Sung Indonesia?
Ø Bagaimana
pengaruh motivasi kerja terhadap kepuasan kerja karyawan PT. Hyup Sung
Indonesia?
Ø
Bagaimana pengaruh lingkungan kerja
terhadap kepuasan kerja karyawan PT. Hyup Sung Indonesia?
Ø Bagaimana
pengaruh motivasi kerja dan lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja karyawan
PT. Hyup Sung Indonesia?
5. Manfaat
penelitian
a. Bagi perusahaan
Hasil penelitian ini
diharapkan bisa memberikan informasi atau bahan masukan tambahan bagi
perusahaan dalam menyikapi masalah tenaga kerja yang menyangkut motivasi kerja
dan lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja karyawan.
b.
Bagi Pegawai
Hasil penelitian ini
diharapkan bisa memberikan pengetahuan yang lebih banyak kepada pegawai dalam
bekerja di sebuah perusahaan agar hasil kerjanya lebih baik.
c.
Bagi Peneliti
Peneltian
ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai manajemen sumber daya
manusia secara riil khususnya yang menyangkut motivasi kerja, lingkungan kerja,
dan kepuasan kerja karyawan.
d.
Bagi Akademisi
Penelitian
ini diharapkan menjadi bahan kajian atau referensi bagi penelitian selanjutnya
yang berhubungan dengan manajemen sumber daya manusia.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
1. Landasan
Teori
a
Kepuasan kerja
Untuk mengawali
pembahasan mengenai kepuasan kerja, perlu ditegaskan bahwa kepuasan kerja
mempunyai arti yang beraneka ragam, sehingga timbul berbagai pengertian baik
dalam arti konsepnya maupun dalam arti analisisnya. Menurut Rivai (2004;475),
kepuasan kerja pada dasarnya bersifat individual. Setiap individu mempunyai
tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku
dalam dirinya. Makin tinggi penilaian terhadap kegiatan dirasakan sesuai dengan
keinginan individu, maka makin tinggi kepuasannya terhadap kegiatan tersebut.
Dengan kata lain, kepuasan merupakan evaluasi yang menggambarkan seseorang atas
perasaan sikapnya senang atau tidak senang, puas atau tidak puas dalam bekerja.
Hal yang hampir sama juga dikemukakan oleh Kotler (2002;42) dimana kepuasan
kerja diartikan sebagai perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul
setelah membandingkan antara persepsi/kerjanya terhadap kinerja suatu produk
dan harapanharapannya.
Menurut
Anaroga (1992: 13), kepuasan kerja adalah perasaan seseorang terhadap
pekerjaanya. Sedangkan definisi lain dari kepuasan kerja menurut As’ad (1995:
103) adalah suatu sikap positif yang menyangkut penyesuaian diri yang sehat
dari para karyawan terhadap kondisi dan situasi kerja, termasuk didalamnya masalah
upah, kondisi kerja, kondisi sosial, kondisi fisik, dan psikologis. Kepuasan
kerja merupakan penilaian dari para pekerja, yaitu seberapa jauh pekerjaan
dapat memenuhi kebutuhan.
Luthans
(1998: 126) merumuskan kepuasan kerja adalah suatu keadaan emosi seseorang yang
positif maupun menyenangkan yang dihasilkan dalam penilaian suatu pekerjaan
atau pengalaman kerja. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap
pekerjaanya. Hal itu tampak dalam sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan
segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya. Menurut Luthans (1998:
126) ada lima indikator untuk mengukur kepuasan kerja yaitu: kepuasan terhadap
gaji, kepuasan terhadap promosi, kepuasan terhadap rekan sekerja, kepuasan
terhadap penyelia, dan kepuasan terhadap pekerjaan itu sendiri.
Robbins
(2002 : 181-182) menjabarkan variabel-variabel yang berkaitan dengan kerja yang
menentukan kepuasan kerja, meliputi:
a)
Kerja yang secara mental menantang.
Karyawan cenderung lebih menyukai pekerjaan-pekerjaan yang memberi mereka
kesempatan untuk menggunakan keterampilan dan kemampuan mereka dan menawarkan
beragam tugas, kebebasan, dan umpan balik mengenai betapa baik mereka
mengerjakannya. Karakteristik tersebut membuat kerja secara mental menantang.
Pekerjaan yang terlalu kurang menantang akan menciptakan kebosanan, tetapi yang
terlalu banyak menantang akan menciptakan frustasi dan perasaan gagal. Pada
kondisi tantangan yang sedang, kebanyakan karyawan akan mengalami kesenangan
dan kepuasan.
b)
Ganjaran yang pantas. Para karyawan
menginginkan sistem upah dan kebijakan promosi yang mereka persepsikan sebagai
adil dan segaris dengan pada tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan individu,
dan pengharapan mereka. Bila upah dilihat sebagai adil yang didasarkan standar
pengupahan komunitas, kemungkinan besar akan dihasilkan kepuasan kerja. Tetapi
kunci yang menautkan upah dengan kepuasan bukanlah jumlah mutlak yang
dibayarkan, melainkan yang lebih penting adalah persepsi keadilan.
c)
Kondisi kerja yang mendukung. Karyawan
peduli akan lingkungan kerja yang baik untuk kenyamanan pribadi maupun untuk
memudahkan mengerjakan tugas yang baik. Studi-studi menunjukkan bahwa karyawan
lebih menyukai keadaan fisik sekitar yang tidak berbahaya atau merepotkan. Temperatur,
cahaya, suara, dan faktor-faktor lingkungan lain seharusnya tidak ekstrem
(terlalu banyak, atau terlalu sedikit).
d)
Rekan sekerja yang mendukung. Bagi
kebanyakan karyawan, kerja juga mengisi kebutuhan akan interaksi sosial. Oleh
karena itu tidaklah mengejutkan bila mempunyai rekan sekerja yang ramah dan
mendukung menghantar ke kepuasan kerja yang meningkat.
Robbins
(2002:185) menyatakan bahwa ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk
mengetahui kepuasan kerja di suatu perusahaan, yaitu:
1.
Angka nilai global tunggal (single global rating), hanya meminta
individu-individu untuk menjawab suatu pertanyaan.
2.
Skor penjumlahan (summation score), mengenali unsur-unsur utama dalam suatu pekerjaan
dan menanyakan perasaan karyawan tentang tiap unsur.
Faktor-faktor
yang digunakan yaitu sifat dasar pekerjaan, penyeliaan, upah sekarang,
kesempatan promosi, dan hubungan dengan rekan sekerja. Faktor-faktor tersebut
kemudian dinilai pada suatu skala baku dan kemudian dijumlahkan untuk
menciptakan skor kepuasan kerja keseluruhan.
Adanya
kepuasan kerja yang dirasakan oleh karyawan akan memberikan pengaruh yang
positif. Karyawan akan lebih termotivasi untuk selalu bersemangat dalam bekerja
sehingga kinerjanya meningkat. Hal ini didukung dengan hasil penelitian Rivai
(2004) yang menemukan bahwa ada pengaruh yang positif antara motivasi kerja
dengan kepuasan kerja.
Berdasarkan
penjabaran yang ada di atas maka yang dimaksud dengan kepuasan kerja adalah
penilaian karyawan tentang berbagai aspek yang berkaitan dengan pekerjaannya.
Penilaian ini bersifat subyektif yang diekspresikan dalam perasaan senang atau
tidak senang, puas atau tidak puas. Apabila karyawan merasa bahwa pekerjaannya
sesuai dengan apa yang diharapkannya dan mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhannya
maka karyawan akan merasa puas dan sebaliknya.
b
Motivasi kerja
Kata
dasar motivasi (motivation) adalah
motif yang berarti dorongan, sebab atau alasan seseorang melakukan sesuatu.
Oleh karena itu, motivasi dapat berarti suatu kondisi yang mendorong atau
menjadi sebab seseorang melakukan sesuatu perbuatan atau kegiatan, yang
berlangsung secara sadar (Suratman, 2003;169-173).
Salah
satu dari teori motivasi yang dikemukakan dan dibahas adalah model Hirarki
kebutuhan yang diusulkan oleh Maslow dalam Gibson (1996: 189-190) menyatakan
bahwa kebutuhan manusia dibagi atas :
1. Fisiologi
: makanan, minuman, tempat tinggal, dan kesehatan.
2. Keamanan
dan keselamatan : kebutuhan untuk kemerdekaan dari anaman yaitu keamanan dari
kejadian atau lingkungan yang mengancam.
3. Rasa
memiliki : sosial dan kasih sayang, kebutuhan atas persahabatan, berkelompok,
interaksi dan kasih sayang.
4. Penghargaan
(esteem) : kebutuhan atas harga diri (self esteem) dan penghargaan dari pihak
lain.
5. Aktualisasi
diri : kebutuhan untuk memenuhi diri seseorang melalui memaksimalkan penggunaan
kemampuan, keahlian, dan profesi.
Teori
Maslow menganggap bahwa orang yang mencoba memuaskan kebutuhan yang lebih
mendasar sebelum mengarahkan perilaku dalam memuaskan kebutuhan yang lebih
tinggi (aktualisasi diri). Lebih lanjut Maslow dalam Gibson (1996: 192),
menyatakan bahwa kebutuhan tingkat yang lebih rendah harus dipuaskan sebelum
kebutuhan tingkat yang lebih tinggi.
Menurut
Luthans, dkk (dikutip dari Rivai, 2004:141), sumber motivasi berasal dari dalam
diri (intrinsic). Motivasi muncul
karena adanya kebutuhan dari dalam diri seseorang yang harus terpenuhi. Menurut
Wursanto (2003:300) kebutuhan (needs)
merupakan
pembangkit
dan penggerak perilaku. Ini berarti bahwa apabila terdapat kekurangan akan
kebutuhan, maka orang akan lebih peka terhadap motivasi kerja. Dengan demikian,
kebutuhan berhubungan erat dengan kekurangan yang dialami seseorang. Kekurangan
ini dapat bersifat fisiologis (makanan, pakaian, dan tempat tinggal),
psikologis (pengakuan atau penghargaan) dan sosial (kelompok). Apabila berbagai
macam kebutuhan itu dapat terpenuhi atau berbagai macam kekurangan itu dapat
diatasi maka akan memberikan dorongan kepada seseorang untuk berprestasi lebih
baik. Oleh karena itu, motivasi utama seseorang bekerja di perusahaan adalah
untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan tersebut.
Motivasi
kerja adalah konsep yang menguraikan tentang kekuatan-kekuatan yang ada dalam
diri karyawan dan mengarahkan perilaku (Gibson, 1996: 94). Jadi dapat dikatakan
bahwa dengan adanya motivasi kerja yang tinggi akan mengarahkan perilaku
positif pada diri karyawan tersebut, dan sebaliknya. Perilaku ini mendorong
tindakan yang memberikan dampak terhadap aktivitas keseharian dari seorang
karyawan.
Menurut
Rivai (2004:455-456), motivasi kerja adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai
yang mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan
tujuan individu. Sikap dan nilai tersebut merupakan suatu yang invisible yang memberikan kekuatan untuk
mendorong individu bertingkah laku dalam mencapai tujuan. Apabila individu
termotivasi, maka individu akan membuat pilihan yang positif untuk melakukan
sesuatu karena dapat memuaskan keinginannya. Sedangkan menurut Robbins (2002:
199), motivasi kerja diartikan sebagai kesediaan untuk mengeluarkan tingkat
upaya yang tinggi ke arah tujuan-tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan
upaya itu untuk memenuhi suatu kebutuhan individual. Kebutuhan dalam hal ini
berarti suatu keadaan internal yang menyebabkan hasil-hasil tertentu tampak
menarik. Suatu kebutuhan yang tak terpuaskan menciptakan tegangan yang
merangsang dorongan-dorongan dalam diri individu. Dorongan ini menimbulkan
suatu perilaku pencarian untuk menemukan tujuantujuan tertentu yang jika
tercapai akan memenuhi kebutuhan itu dan mendorong ke pengurangan tegangan.
Motivasi
kerja para karyawan perlu dicermati secara sistematis perkembanganya, dan juga
memerlukan perhatian dari atasan perusahaan itu sendiri, sehingga dapat
meningkatkan perilaku kerja karyawan, dan jika motivasi kerja para karyawan
tidak diperhatikan, maka kinerja karyawan akan menurun. Disinilah peran atasan
itu diperlukan dalam memimpin karyawanya dalam bekerja, karena kinerja (performance) adalah hasil interaksi
antara motivasi kerja, kemampuan (abilities),
dan peluang (opportunities) (Robbins,
2002: 93).
Jadi
dapat dikatakan bahwa motivasi kerja merupakan dorongan yang berasal dari diri
seseorang maupun orang lain untuk bekerja lebih giat dalam sebuah perusahaan.
Pada PT. Hyup Sung Indonesia, motivasi kerja karyawan masih kurang, ini
dibuktikan dengan banyak karyawan yang jenuh dan berdampak pada meningkatnya
jumlah karyawan yang mangkir. Dalam permasalahan ini motivasi yang digunakan
adalah motivasi kerja yang ekstrinsik yaitu motivasi yang berasal dari luar
karena motivasi ini melibatkan ganjaran yang jelas dan nyata seperti memberi penghargaan,
pujian, pangkat, agregat, keistimewaan dan sebagainya yang diberi untuk
memaksimalkan kepuasan kerja karyawan.
c. Lingkungan
kerja
Menurut
Rivai (2004:144), lingkungan kerja merupakan elemenelemen organisasi sebagai
sistem sosial yang mempunyai pengaruh yang kuat di dalam pembentukan perliaku
individu pada organisasi dan berpengaruh terhadap prestasi organisasi. Menurut
Sumaatmadja (Rivai 2004:146), lingkungan kerja terdiri dari lingkungan alam,
lingkungan sosial, dan lingkungan budaya. Lingkungan alam merupakan lingkungan
fisik yang belum atau tidak dipengaruhi budaya manusia, seperti cuaca, sinar
matahari, dan sebagainya. Sedangkan menurut Nasution (Rivai 2004:146),
lingkungan sosial merupakan orang atau masyarakat sekitar, segala aspek yang
bertalian erat dengan kepribadian manusia serta selalu mempengaruhi
perkembangan manusia. Lingkungan budaya merupakan segala hasil cipta manusia
dan segala hasil perbuatan serta tingkah laku manusia yang selalu mempengaruhi
perkembangan manusia yang ada di sekitarnya. Contohnya peraturan, desain tata
ruang, desain peralatan, dan sebagainya.
Pengertian
lingkungan kerja yang dikemukakan oleh Rivai hampir sama dengan yang
dikemukakan Nitisemito (1992), bahwa lingkungan kerja adalah segala sesuatu
yang ada disekitar para pekerja dan yang dapat mempengaruhi diri pekerja dalam
menjalankan tugastugas yang dibebankan kepadanya. Hal ini semakin diperkuat
dengan pendapat Ahyari (1994:125) bahwa lingkungan kerja adalah berkaitan
dengan segala sesuatu yang berada disekitar pekerjaan dan yang dapat
mempengaruhi karyawan dalam melaksanakan tugasnya, seperti pelayanan karyawan, kondisi kerja, dan
hubungan karyawan di dalam perusahaan yang bersangkutan.
Jika
definisi yang dikemukakan oleh Rivai, Nitisemito dan Ahyari memiliki pengertian
yang luas, maka Triguno memberikan definisi dengan cakupan yang lebih sempit
tentang lingkungan kerja. Menurut Triguno (2003:27) lingkungan kerja adalah
sarana dan prasaranan yang ada di tempat karyawan bekerja dan dapat
mempengaruhi karyawan di dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan. Menurut
Siagian (2004:132) adanya sarana dan prasarana kerja yang memadai sesuai dengan
sifat tugas yang harus diselesaikan merupakan kondisi kerja yang kondusif. Faktor
lain di dalam lingkungan kerja dalam perusahaan yang juga tidak boleh diabaikan
adalah hubungan karyawan di dalam perusahaan yang bersangkutan tersebut.
Hubungan karyawan ini juga ikut menentukan tingkat produktivitas kerja dari
para karyawan (Ahyari, 1994:126).
Berdasarkan
penjabaran di atas maka yang dimaksud dengan lingkungan kerja adalah berkaitan
dengan segala sesuatu yang berada di sekitar pekerjaan dan yang dapat
mempengaruhi karyawan dalam melaksanakan tugasnya, seperti pelayanan karyawan,
kondisi kerja, dan hubungan karyawan di dalam perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Sihombing (2001), indikator lingkungan kerja terdiri dari:
Ø Faktor
fisik, meliputi setiap hal dari fasilitas parkir di luar gedung perusahaan,
lokasi dan rancangan gedung sampai jumlah cahaya dan suara yang menimpa meja
kerja atau ruang kerja seorang tenaga kerja.
Ø Faktor
non fisik, meliputi setiap hal dari fasilitas yang memberikan jaminan rasa
aman, sehat, dan sejahtera, bebas kecelakaan kerja dan penyakit.
Menurut
Wursanto (2003:301), indikator dari lingkungan kerja meliputi:
a)
Kondisi
kerja
Kondisi
kerja dikatakan baik apabila memungkinkan seseorang untuk meningkatkan
produktivitas kerjanya, baik kondisi fisik maupun kondisi psikologis. Kondisi
fisik berhubungan dengan kondisi gedung, ruang kerja, ventilasi, dan
sebagainya. Sedangkan kondisi psikologis adalah kondisi kerja yang dapat
memberikan kepuasan psikologis kepada para anggotanya, misalnya adanya hubungan
yang harmonis, kesempatan untuk maju, dan sebagainya.
b)
Keamanan dalam pekerjaan
Yang dimaksud keamanan dalam pekerjaan adalah terjaminannya
keselamatan kerja selama melaksanakan tugas. Pada dasarnya setiap karyawan
menghendaki jaminan keselamatan kerja. Berbagai bentuk keselamatan kerja,
misalnya perlakuan yang adil dan manusiawi, aman dari segala bentuk pemutusan
kerja, dan aman dari segala macam tuduhan dan hinaan.
Menurut
Nitisemito (1992:184-196), indikator lingkungan kerja meliputi:
1)
Pewarnaan
Masalah pewarnaan ini bukan hanya
dinding saja tetapi sangat luas sehingga dapat juga pewarnaan mesin, peralatan,
bahkan seragam yang dipakai perlu mendapat perhatian.
2)
Kebersihan
Secara umum tempat kerja yang
bersih akan menimbulkan rasa senang dan rasa senang akan mempengaruhi perasaan
dan perilaku orang dalam bekerja.
3)
Penerangan
Penerangan disini bukanlah terbatas
pada penerangan listrik tetapi juga penerangan matahari. Dalam melaksanakan
tugasnya seringkali karyawan membutuhkan penerangan yang cukup, apalagi jika
pekerjaan tersebut membutuhkan keahlian.
4)
Pertukaran udara
Pertukaran udara yang cukup
terutama dalam ruang kerja sangat diperlukan apalagi jika dalam ruangan
tersebut penuh dengan karyawan. Pertukaran
udara yang cukup akan menyebabkan kesegaran fisik dari para karyawan.
Sebaliknya, pertukaran udara yang kurang akan dapat menimbulkan rasa pengap
sehingga terjadi kelelahan dari para karyawan, sehingga motivasi kerja karyawan
untuk menyelesaikan tugas-tugasnya menjadi turun.
5)
Musik
Musik berpengaruh terhadap kejiwaan
seseorang. Apabila musik yang didengarkan menyenangkan dan menimbulkan suasana
gembira akan mengurangi kelelahan dalam bekerja. Musik yang diperdengarkan
adalah yang disukai banyak orang pada ruangan kerja dan iramanya cukup.
6)
Kebisingan
Kebisingan merupakan gangguan
terhadap seseorang dimana kebisingan dapat menganggu konsentrasi pekerjaan
sehingga bisa timbul kesalahan. Bagi pekerjaan tertentu yang memerlukan
konsentrasi maka kebisingan merupakan gangguan yang harus diperhatikan, misalnya
suara mesin yang gaduh, suara kendaraan bermotor, dan sebagainya.
7)
Jaminan terhadap keamanan
Kemanan yang dimaksud
adalah keamanan terhadap milik pribadi karyawan atau perusahaan yang menjadi
tanggung jawabnya. Untuk menjaganya, perusahaan perlu memperkerjakan tenaga
khusus untuk hal tersebut, seperti satpam/penjaga.
Berdasarkan penjabaran
yang ada di atas maka indikator lingkungan kerja yang digunakan pada penelitian
ini adalah pelayanan karyawan, kondisi
kerja, dan hubungan kayawan yang dikemukakan oleh Ahyari karena sesuai dengan
masalah yang dialami perusahaan yang menjadi objek peneliti.
2. Penelitian yang Relevan
a)
Penelitian
oleh Nalendra (2005) yang berjudul “Pengaruh
Kompensasi dan Motivasi Kerja terhadap Kepuasan Kerja Karyawan pada PT. Karya
Sejati Vidyatama”. Populasi dalam penelitian ini adalah sebnyak 30 orang
dengan menggunakan penelitian sensus. Teknik anlisis yang digunakan adalah
analisis deskriptif dan analisis inferential. Berdasarkan hasil penelitan
didapatkan nilai signifikansi untuk
kompensasi 0,000, motivasi 0,006, dan
hasil uji F 0,000 lebih kecil dari nilai α (0,5) sehigga semua hipotesis
diterima yaiu terdapat pengaruh positif antara kompesasi dan motivasi kerja
terhadap kepuasan kerja.
b)
Bintoro
(2010), dalam penelitianya tentang “Analisis
Pengaruh Lingkungan Kerja dan Motivasi Kerja terhadap Kepuasan Kerja Karyawan PT. Sumber Sehat
Semarang”.
Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 62 orang karawan PT. Sumber Sehat
Semarang. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
kualitatif, analisis kuantitatif, dan analisis regresi. Hasil dari penelitian
ini menunjukan bahwa Parameter estimasi pengaruh motivasi kerja terhadap
kepuasan kerja menunjukkan nilai
koefisien sebesar 0,386 dengan signifikansi sebesar 0,008, lingkungan kerja
terhadap kepuasan kerja menunjukkan nilai koefisien sebesar 0,221 dengan
signifikansi sebesar 0,027, dan Hasil pengujian F statistik menunjukkan nilai
sebesar 7,345 dengan signifikansi sebesar 0,002. Hasil tersebut lebih kecil
dari nilai α (0,5) sehingga hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat
pengaruh pengaruh positif
dan signifikan antara lingkungan kerja dan motivasi kerja terhadap kepuasan
kerja karyawan.
c)
Penelitian
Rizwan, Azeem, dan Asif (2010) dengan judul “Effect of Work Motivation on Job Satisfaction in Mobile
Teleommunication Service Organization of Pakistan”. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah convenience
sampling. Analisa yang digunakan adalah analisa kuantitatif dengan
menggunakan peralatan statistik (SPSS Inc 17.0 / Statistics for Products and Services Solution Release Inc 17.0)
untuk melihat hubungan antara variabel bebas dan variabel tidak bebas. Hasil
dari penelitian ini menunjukan tingkat signifikansi sebesar 0,042 lebih kecil
dari nilai α (0,5) sehingga pernyataan bahwa motivasi kerja berpengaruh
signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan dapat diterima.
3.
Kerangka
Pikir
1.
Pengaruh Motivasi Kerja terhadap
Kepuasan Kerja
Setiap perusahaan selalu mengharapkan
karyawaan dengan motivasi kerja yang
tinggi, karena adanya motivasi kerja yang tinggi akan meningkatkan produktivitas kerjanya. Karyawan yang
memiliki motivasi kerja yang tinggi akan
bekerja sesuai dengan standar yang berlaku dan sesuai dengan waktu yang
telah ditetapkan, memerlukan sedikit
pengawasan, dan membangun menciptakan suasana
kerja yang kondusif untuk bekerja. Motivasi sendiri merupakan dorongan, upaya dan keinginan yang di dalam diri
individu yang mengaktifkan, memberi daya
serta mengarahkan perilakunya untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab dalam lingkup pekerjaannya.
Motivasi
kerja yang tinggi pada karyawan ditandai dengan adanya kepuasan kerja yang tinggi, yang ditandai dengan adanya kepuasaan
terhadap pekerjaan yang diekspresikan
pada rasa senang terhadap pekerjaannya yang
meliputi pada kemampuan utilitas (utility
ability), pencapaian prestasi (achievement), aktivitas, kemajuan,
otoritas, kebijakan dan praktik-praktik lembaga,
kompensasi, rekan kerja, kreativitas, kemandirian, nilai-nilai moral kerja, penghargaan, tanggung jawab,
keamanan, layanan sosial, status sosial,
supervisi, jenis kerja, dan kondisi kerja.
Seperti
halnya di peruasahaan pada umumnya, motivasi kerja juga diperlukan di PT. Hyup
Sung Indonesia terutama bagi karyawanya karena karyawan di PT. Hyup Sung
Indonesia dapat dikatakan kurang motivasi kerjanya. Kurangnya motivasi kerja
dikarenakan kejenuhan akan pekerjaan, dalam hal ini karyawan hanya melakukan
satu pekerjaan tetap tanpa adanya rotasi pekerjaan. Saat terjadi kejenuhan ini
produktitas karyawanpun semakin menurun sehingga kepuasan kerja karawan tidak
akan terpenuhi. Kejenuhan ini dapat diatasi salah satunya dengan pemberian
motivasi kerja kepada karyawan. Pemberian motivasi kerja dapat berupa seminar
dengan mendatangkan motivator, motivasi dari pimpinan, pemberian reward bagi karyawan yang melebihi
target, kenaikan jabatan dan sebagainya.
2.
Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap
Kepuasan Kerja
Lingkungan kerja yang
cukup memuaskan para karyawan perusahaan
akan mendorong para karyawan tersebut untuk bekerja dengan sebaik-baiknya, sehingga pelaksanaan proses produksi
di dalam perusahaan tersebut akan dapat
berjalan dengan baik pula. (Ahyari, 1994:122). Lingkungan kerja terdiri dari lingkungan fisik dan non fisik.
Selain lingkungan
fisik, karyawan juga menghendaki lingkungan non fisik yang baik, yaitu lingkungan yang akrab, nyaman dan saling
mendukung. Lingkungan kerja yang
mampu menciptakan hubungan yang harmonis antara atasan dengan bawahan, dan antar rekan sekerja akan berpengaruh
positif terhadap produktifitas kerja. Agar
tercipta lingkungan yang harmonis, perlu dibuat peraturan perusahaan yang
jelas, sistem komunikasi yang jelas
yang bisa mendorong karyawan untuk termotivasi, dan lain-lain. Apabila karyawan
merasa bahwa lingkungan kerja non fisiknya
baik, karyawan akan merasa bahwa kebutuhannya untuk berafiliasi di tempat
kerja terpenuhi, dengan demikian
akan tercipta kepuasan karena kebutuhannya
terpenuhi.
4. Paradikma
Penelitian
![]() |
5. Hipotesis
Penelitian
Berdasarkan pembahasan
dalam tinjauan pustaka, maka formulasi hipotesis
yang diajukan untuk diuji kebenarannya dalam penelitian ini, yaitu:
H1
: Motivasi kerja berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja.
H2
: Lingkungan kerja berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja.
H3: Motivasi
kerja dan lingkungan kerja berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja.
H4:
Motivasi
kerja dan lingkungan kerja berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja akan
berdampak positif terhadap pencapaian.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian
asosiatif kausal dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian
asosiatif kausal adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh
antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini akan menjelaskan hubungan
memengaruhi dan dipengaruhi dari variabel-variabel yang akan diteliti.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT.
Hyup Sung Indonesia Purbalingga.Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember
2013 sampai dengan Februari 2014.
C. Definisi Operasional Variabel
1.
Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja
merupakan ungkapan perasaan karyawan PT. Hyup
Sung Indonesia terhadap rasa puas, tidak puas
terhadap pekerjaanya.
Apabila karyawan merasa
bahwa pekerjaannya sesuai dengan apa yang diharapkannya dan mampu memenuhi kebutuhannya maka
karyawan akan merasa puas dan sebaliknya. Indikator yang digunakan untuk
mengukur kepuasan kerja menurut Luthans (1998:131) sebagai berikut:
·
Kepuasan dengan gaji
·
Kepuasan dengan promosi
·
Kepuasan dengan rekan sekerja
·
Kepuasan dengan penyelia
·
Kepuasan dengan pekerjaan itu sendiri
2.
Motivasi Kerja
Motivasi (motivation)
adalah motif yang berarti dorongan, sebab atau alasan seseorang melakukan
sesuatu. Oleh karena itu, motivasi kerja merupakan suatu kondisi yang mendorong
karyawan PT. Hyup Sung Indonesia melakukan sesuatu pekerjaan atau kegiatan,
yang dilakukan.
Salah satu dari teori
motivasi yang dikemukakan dan dibahas adalah model Hirarki kebutuhan yang
diusulkan oleh Maslow dalam Gibson (1996: 189-190) menyatakan bahwa kebutuhan
manusia dibagi atas :
Ø
Fisiologi
Ø
Keamanan dan keselamatan
Ø
Rasa memiliki
Ø
Penghargaan (esteem)
Ø
Aktualisasi
diri
D. Populasi
dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua karyawan
perempuan yang bekerja di bagian produksi di PT. Hyup Sung Indonesia yang
berjumlah 95 karyawan. Sedangkan untuk
jumlah sampel sama dengan jumlah populasi, diperoleh dengan menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel secara sengaja
dimana sampel diambil dengan kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan dalam
pemilihan sampel ini adalah karyawan yang bekerja di bagian produksi PT. Hyup
Sung Indonesia.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
menggunakan Angket/Kuesioner. Angket/Kuesioner yaitu pengumpulan data yang
dilakukan melalui penyebaran pertanyaan yang disusun dalam satu kumpulan kepada
responden. Bentuk kuesioner bersifat tertutup yaitu responden diberi alternatif
pilihan jawaban pada setiap pertanyaan. Seluruh variabel akan diukur
menggunakan skala likert dengan skala 1 sampai 4 yang telah dimodifikasi.
Masing-masing alternatif jawaban diberi nilai sebagai berikut: 1=sangat tidak
setuju, 2=tidak setuju, 3=setuju, dan 4=sangat setuju. Hal ini dilakukan untuk
menghilangkan jawaban responden yang bersifat ragu-ragu. Tersedianya jawaban di
tengah membuat kecenderungan menjawab di tengah terutama bagi responden yang
ragu-ragu. Jawaban di tengah akan menghilangkan banyak data penelitian,
sehingga mengurangi informasi yang dapat diambil dari responden (Hadi, 1991:
173). Untuk pernyataan yang sifatnya berkebalikan skornya juga dibalik.
F. Uji Instrumen
a)
Kisi-kisi
Instrumen
Kisi-kisi
instrumen penelitian terdiri dari beberapa indikator yang sesuai dengan
butir-butir pernyataan pada angket/kuesioner, kisikisi intsrumen penelitian
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel
Tabel
2. Kisi-Kisi Instrumen
|
No |
Variabel |
Indikator |
Item |
|
1 |
Kepuasan Kerja
(Luthans, 1998) |
Gaji |
Kk1, Kk2, Kk3 |
|
Promosi |
Kk4, Kk5 |
||
|
Rekan Sekerja |
Kk6, Kk7 |
||
|
Penyelia |
Kk8, Kk9 |
||
|
Pekerjaan itu Sendiri |
Kk10,
Kk11,
Kk12
|
||
|
2 |
Motivasi Kerja
(Gibson, 1996) |
Fisiologi |
Mk1, Mk2 |
|
Keamanan dan Keselamatan |
Mk3, Mk4 |
||
|
Rasa Memiliki |
Mk5, Mk6 |
||
|
Penghargaan (esteem) |
Mk7, Mk8 |
||
|
Aktualisasi Diri |
Mk9, Mk10 |
||
|
3 |
Lingkungan Kerja
(Ahyari, 1994) |
Pelayanan Karyawan |
Lk1, Lk2 |
|
Kondisi Kerja |
Lk3, Lk4 |
||
|
Hubungan Karyawan |
Lk5, Lk6 |
b)
Uji Coba Instrumen Penelitian
Pengumpulan
data dengan menggunakan kuesioner dapat dikatakan berhasil menjalankan fungsinya apabila dapat
menunjukkan hasil yang cermat dan
akurat. Kualitasnya tergantung dari kualitas item-item pertanyaan. Apakah item-item tersebut sudah dimengerti dan
ditafsirkan sama oleh responden. Oleh sebab itu kuesioner harus melalui tahap
pengujian terlebih dahulu sebelum digunakan untuk mengumpulkan data penelitian
Uji coba
instrumen dimaksudkan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen
sehingga dapat diketahui layak tidaknya digunakan untuk pengumpulan data
karyawan PT. Hyup Sung Indonesia.
Ø Uji
Validitas
Uji validitas
digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu
kuesioner dikatakan valid jika pernyataan pada kuesioner mampu untuk
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2011:
52).
Ø
Uji Reliabilitas
Reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur
suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk (Ghozali,
20011: 47). Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban
seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
Hasil
perhitungan uji reliabilitas masing-masing instrumen dapat dilihat pada
ringkasan hasil uji reliabilitas sebagai berikut:
Tabel
4
Hasil
Uji Reliabilitas
Nama
Variabel Koefisien Alpha Ketetapan
|
Kepuasan
Kerja |
0,948
|
Reliabel
|
|
Motivasi
Kerja |
0,937
|
Reliabel
|
|
Lingkungan
Kerja |
0,872
|
Reliabel
|
Sumber : Data Primer yang diolah, 2014.
Berdasarkan
tabel 4 dapat diketahui bahwa instrumen ketiga variabel ternyata reliabel,
karena memiliki koefisien lebih besar dari 0,7.
G. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang
digunakan adalah analisis regresi linier berganda dan menggunakan alat bantu
berupa software komputer program
SPSS. SPSS (Statistical Package for
Social Sciences) adalah sebuah program komputer yang digunakan untuk
menganalisis sebuah data dengan analisis statistik, SPSS yang digunakan dalam
penelitian ini adalah SPSS versi 13.
Untuk
mengetahui penilaian karyawan baik atau tidak terhadap variabel-variabel yangg
diteliti dapat dihitung menggunakan penghitungan kategori Skor.
Berikut
ini adalah rumus perhitungan kategori skor:
|
Tinggi
|
: X ≥ M + SD |
|
Sedang |
: M – SD ≤ X < M + SD |
|
Rendah |
: X ≤ M – SD |
Model
regresi merupakan suatu model matematis yang dapat digunakan untuk mengetahui
pola pengaruh antara dua variabel atau lebih. Persamaan regresi linear berganda
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Berikut
ini adalah rumus perhitungan kategori skor:
|
Tinggi
|
: X ≥ M + SD |
|
Sedang |
: M – SD ≤ X < M + SD |
|
Rendah |
: X ≤ M – SD |
|
|
|
Model regresi merupakan
suatu model matematis yang dapat digunakan untuk mengetahui pola pengaruh
antara dua variabel atau lebih. Persamaan regresi linear berganda yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Y=a+(b1X1)+(b2X2)+
e
Keterangan
:
y = Kepuasan Kerja
a = Konstanta
b1, b2, = Koefisien Regresi
X1 = Motivasi Kerja X2
= Lingkungan Kerja
e = Error Term
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Ø Gambaran Umum Obyek Penelitian
PT. Hyup Sung Indonesia
adalah perusahaan yang bergerak pada produksi bulu mata. Perusahaan ini
didirikan oleh pengusaha asal negeri Korea yang benama Mr. Park Noh Jin dan
perusahaan ini berlokasi di jalan raya Karanganyar Km 1 Desa Karanganyar,
Kecamatan Kalimanah, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Bulu mata yang
diproduksi oleh perusahaan ini merupakan bulu mata palsu yang terbuat dari
plasik sintetis yang di impor langsung dari Korea. Untuk pemasaran produknya,
selain di dalam negeri produk ini juga diekspor ke luar negeri seperti Korea,
China, Jepang, Turkey, Lebanon, USA, dan Mexico.
Awal
mula berdirinya PT. Hyup Sung Indonesi adalah berasal dari CV. Manuggal
Indoesia-Korea (CV. Manunggal In-Ko) pada tanggal 15 Januari 1997 yang disahkan
akta notaris Tajudin Nasution, SH. No. 5 dengan pemilik Mr. Park Tai Nam. Pada
saat itu masih bergabung dengan
PT.
Indokores Sahabat salah satu perusahaan rambut palsu terkemuka di Purbalingga.
CV. Manunggal In-Ko mempunyai ide membuat khusus produk bulu mata palsu.
Setelah kurang lebih 13 tahun berkembang, akhirnya berubah menjadi PT. Hyup
Sung Indonesia dengan pemilik putra dari pemilik CV. Manunggal In-Ko yaitu Mr.
Park No Jin.
PT.
Hyup Sung Indonesia didirika n di Purbalingga pada tanggal 11 November 2004 dengan akta pendirian no.
6 yang dibuat di hadapan Rusman SH, Notaris di Bekasi dan telah mendapatkan
pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan
surat keputusanya No. C-31381 HT.01.01 TH 2004 tanggal 27 Desember 2004. Pada
tahun 2009 terjadi perubahan Data Anggaran Dasar Perseroan yang tertuang dalam
akta perubahan No. 07 tanggal 7 Desember 2009 dengan pengesahan No.
AHU-AH.01.10.01339 dan No. AHU-AH.01.10.01340 tanggal 19 Januari 2010 di
hadapan Notaris Nuning Indraeni, SH. Kegiatan usaha perseroan ini adalah
dibidang kerajinan rambut yaitu bulu mata palsu. PT. Hyup Sung Indonesia
memiliki 10 bagian dalam proses produksinya meliputi knotting, chemial, iron, pipe rolling, oven, cutting, appling,
inserting, finishing, dan packaging.
Untuk
masalah perekrutan karyawan bagian produksi PT. Hyup Sung Indonesia tidak menentukan
syarat khusus cukup menulis surat lamaran, mengisi formulir pendaftaran dan
keperluan lain seperti KTP, kartu keluarga dan lain-lain kemudian wawancara.
Namun khusus untuk bagian kantor diberikan syarat-syarat bagi para pelamar
seperti tingkat pendidikan, dan keahlian keahlian tertentu guna menunjang
pekerjaan yang akan dilakukan.
Ø
Karakteristik
Responden
Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah
responden yang bekerja di PT. Hyup Sung Indonesia Purbalingga. Hasil dari
penyebaran kuesioner sebanyak 95 responden PT. Hyup Sung Indonesia, didapatkan
karakteristik responden berdasarkan usia, jenjang pendidikan, status, dan lama bekerja. Berikut
hasil dari masing-masing karakteristik responden:
·
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
·
Karakteristik Responden Berdasarkan
Jenjang Pendidikan
·
Karakteristik Responden Berdasarkan
Status Perkawinan
·
Karakteristik Responden Berdasarkan Lama
Bekerja
Ø Deskripsi Variabel Penelitian
Deskripsi variabel penelitian bertujuan untuk
mengetahui gambaran masing-masing variabel penelitian yang disajikan dengan
statistik deskriptif. Berdasarkan desain penelitian, maka sumber informasi yang
diperoleh dari jawaban responden dideskripsikan dalam bentuk nilai minimum,
maksimum, rata-rata, dan standar deviasi. Perhitungan statistik deskriptif
variabel penelitian dengan program bantuan komputer, ringkasannya dapat dilihat
pada Tabel 9 dibawah ini:
Tabel
9
Statistik
Deskriptif Variabel Penelitian
|
Variabel |
N
|
Minimum
|
Maksimum
|
Ratarata |
Std. Deviasi |
|
Motivasi
Kerja (X1) |
95
|
16,00 |
40,00 |
29,3368
|
5,05420
|
|
Lingkungan
Kerja (X2) |
95
|
12,00 |
24,00 |
19,2316
|
2,34499
|
|
Kepuasan
Kerja Karyawan (Y) |
95
|
18,00 |
37,00 |
29,6105
|
4,42742
|
Sumber:
Data Primer Diolah, 2014
Sebelum
data yang diperoleh untuk penelitian ini diolah lebih lanjut, dijabarkan
terlebih dahulu untuk memperoleh gambaran mengenai penilaian karyawan di PT.
Hyup Sung Indonesia Purbalingga. Penjabaran data dilakukan dengan memberikan
skor kepada data mentah yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner. Melalui
pemberian skor tersebut akan diperoleh angka-angka yang dapat membantu dalam
memberikan gambaran apakah penilaian karyawan baik atau tidak terhadap
variabelvariabel yang diteliti.
Data
hasil penelitian kemudian di kategorikan ke dalam tiga kelompok yaitu tinggi,
sedang, dan rendah. Hasil kategorisasi tersebut disajikan sebagai berikut:
Ø
Kepuasan Kerja (Y)
Tabel
10
Kategorisasi
Variabel Kepuasan Kerja
|
Kategori |
Interval Skor |
Frekuensi
|
Persentase
(%) |
|
Tinggi
|
X ≥ 34,04 |
14 |
14,7 |
|
Sedang
|
25,18 ≤ X < 34,04 |
63 |
66,3 |
|
Rendah
|
X
< 25,18 |
18 |
18,9 |
|
|
Jumlah
|
95 |
100,0 |
Sumber:
Data Primer Diolah, 2014
Ø Motivasi
Kerja (X1)
Tabel
11
Kategorisasi
Variabel Motivasi Kerja
|
Kategori |
Interval Skor |
Frekuensi
|
Persentase
(%) |
|
Tinggi
|
X ≥ 34,39 |
15 |
15,8 |
|
Sedang
|
24,28≤
X < 34,39 |
61 |
64,2 |
|
Rendah
|
X
< 24,28 |
19 |
20,0 |
|
|
Jumlah
|
95 |
100,0 |
Sumber:
Data Primer Diolah, 2014
Ø Lingkungan
Kerja (X2)
Tabel
12
Kategorisasi
Variabel Lingkungan Kerja
|
Kategori |
Interval Skor |
Frekuensi
|
Persentase
(%) |
|
Tinggi
|
X ≥ 21,58 |
12 |
12,7 |
|
Sedang
|
16,89
≤ X < 21,58 |
73 |
76,8 |
|
Rendah
|
X
< 16,89 |
10 |
10,5 |
|
|
Jumlah
|
95 |
100,0 |
Sumber:
Data Primer Diolah, 2014
Ø Analisis Data Penelitian
1.
Pengujian Asumsi Klasik
Asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi uji normalitas, uji liniearitas, uji multikolonearitas, dan uji heteroskedastisitas. Berikut ini dipaparkan
masing-masing uji asumsi klasik pada masing-masing variabel penelitian.
2. Pengujian
Hipotesis
Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini terdapat
tiga hipotesis yang diajukan. Untuk menjawab hipotesis yang telah dibuat
sebelumnya maka menggunakan statistik uji regresi linier berganda. Berikut ini
hasil uji hipotesis disajikan pada Tabel 17:
Tabel
17
Rangkuman Hasil Analisis Regresi Berganda Motivasi
Kerja (X1) dan
Lingkungan Kerja (X2)
Terhadap Kepuasan Kerja (Y)
|
Variabel |
Koefisien Regresi (B) |
thitung |
Sig. |
|
Konstanta
|
6,157 |
2,184
|
0,032 |
|
Motivasi
Kerja |
0,427 |
5,557
|
0,000 |
|
Lingkungan
Kerja |
0,568 |
3,428
|
0,001 |
|
Fhitung
= 42,343 |
|
|
|
|
R
= 0,692 |
|
|
|
|
R2 = 0,479 |
|
|
|
|
Adjusted
R2 = 0.468 |
|
|
|
Sumber: Data Primer
Diolah, 2014
Hasil
analisis pada hipotesis kedua yang disajikan pada Tabel 17 dapat ditulis bentuk
persamaan regresi sebagai berikut:
Y
= 6,157 + 0,427X1 + 0,568X2
Ø
Pembahasan
PT. Hyup Sung Indonesia Purbalingga adalah salah
satu perusahaan yang bergerak
dibidang manufaktur yang berada di Purbalingga,
Jawa Tengah. PT. Hyup Sung Indonesia Purbalingga
merupakan bagian dari PT. Indokores Sahabat salah satu perusahaan rambut palsu
terkemuka di Purbalingga. Didalam penelitian ini peneliti hanya menyoroti dua
variabel bebas yang diduga berpengaruh besar terhadap kepuasan kerja PT. Hyup Sung Indonesia Purbalingga. Variabel
bebas pertama adalah motivasi kerja dan variabel bebas kedua adalah lingkungan
kerja. Kedua variabel tersebut dipilih mengingat PT. Hyup Sung Indonesia
Purbalingga tampak menguasai pangsa pasar lapangan kerja di Purbalingga, namun
dapat diketahui perusahaan ini masih cukup kesulitan dalam mempertahankan
karyawannya.
Berdasarkan
hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya menunjukan pengaruh baik
secara parsial maupun simultan antara motivasi kerja dan lingkungan bahwa
terdapat kerja terhadap kepuasan kerja.
Berikut ini dipaparkan
penjelasan atas jawaban dari hipotesis penelitian:
Ø Pengaruh
motivasi kerja terhadap kepuasan kerja
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa karyawan
yang memiliki motivasi kerja terhadap perusahaan akan menghasilkan kinerja yang
maksimal dan tercipta kepuasan kerja yang maksimal pula. Karyawan akan bekerja
dengan lebih bersemangat dan menghasilkan output
yang tinggi untuk perusahaan.
Tingginya
motivasi kerja dari hasil analisis akan berdampak pada kepuasan kerja,
pernyataan tersebut didukung oleh hasil regresi yang menunjukan adanya pengaruh
motivasi kerja terhadap kepuasan kerja. Hasil uji regresi secara parsial
menunjukan hasil signifikan pada variabel motivasi kerja terhadap kepuasan
kerja sebesar 0,000 lebih kecil dari toleransi kesalahan α = 0,05. Hasil uji t
diketahui bahwa nilai t hitung bernilai 5,557. Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa motivasi kerja berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Hasil ini konsisten
dengan penelitian Rizwan, Azeem, dan Asif (2010) yang menganalisis pengaruh
motivasi terhadap kepuasan kerja, menemukan bahwa motivasi mempunyai pengaruh
positif terhadap kepuasan kerja.
Ø Pengaruh
lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja
Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar
karyawan mengalami permasalahan dalam lingkungan kerjanya. Keterkaitan antara
lingkungan kerja dengan kepuasan kerja
juga diperkuat dari hasil analisis regresi. Dari hasil analisis regresi
diketahui adanya pengaruh antara lingkungan kerja dengan kepuasan kerja.
Pengaruh yang ditimbulkan bersifat positif, artinya lingkungan kerja yang baik
menimbulkan hasil kerja yang baik pula. Hasil
uji t diketahui bahwa nilai t hitung bernilai 3,428. Hasil uji t untuk variabel
lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja
diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.001 lebih kecil dari toleransi
kesalahan α = 0,05. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa lingkungan kerja
berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Hasil ini konsisten dengan penelitian Leonardus (2010) tentang pengaruh motivasi kerja dan
lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja, menemukan bahwa lingkungan kerja yang
baik akan meningkatkan kepuasan kerja
Ø Pengaruh
Secara Simultan
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya
maka dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja dan lingkungan kerja secara
simultan mampu mempengaruhi kepuasan kerja. Hasil uji F menunjukkan bahwa kedua
variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap kepuasan kerja sebesar 42,343. Dari hasil penelitian juga
diketahui nilai koefisien determinasi sebesar 0,468 yang berarti bahwa motivasi
kerja dan lingkungan kerja memiliki kontribusi mempengaruhi kepuasan kerja sebesar 46,8%, dan sisanya sebesar 53,2%
dipengaruhi oleh variabel lain diluar varibel penelitian. Dari hasil penelitian
tersebut maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
Y
= 6,157 + 0,427X1 + 0,568X2
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Leonardus (2021)
tentang pengaruh motivasi kerja dan lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja serta dampak pencapaian, menemukan
bahwa pemberian motivasi dan lingkungan kerja yang baik akan meningkatkan
kepuasan kerja. Rasa nyaman karyawan untuk bekerja di perusahaan dan dukungan
dari pimpinan dapat memunculkan bentuk motivasi kerja karyawan sehingga kinerja
di PT. Hyup Sung Indonesia Purbalingga semakin bagus dan kepuasan kerja akan
tercapai.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang
dilakukan, maka kesimpulan yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
ü Terdapat
pengaruh yang positif dan signifikan motivasi kerja terhadap kepuasan kerja.
Hal tersebut ditunjukan dari hasil uji t hitung sebesar
5,557 dengan signifikansi 0.000.
ü Terdapat
pengaruh yang positif dan signifikan antara lingkungan kerja terhadap kepuasan
kerja. Hal tersebut ditunjukan dari hasil uji t hitung sebesar 3,428 dengan
signifikansi 0.001.
ü Terdapat
pengaruh yang signifikan antara motivasi kerja dan lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja karyawan. Hal
tersebut ditunjukan dari hasil uji F hitung sebesar 42,343 dengan signifikansi
0,000 dan persamaan regresi Y = 6,157 + 0,427X1 + 0,568X2
ü Berdasarkan
penelitian ini motivasi kerja dan lingkungan kerja dapat menjelaskan
faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan sebesar 46,8%, dan
sisanya 53,2% dipengaruhi oleh variabel diluar penelitian.
B.
Saran
Berdasarkan hasil
penelitian, berikut ini diberikan beberapa saran untuk meningkatkan kepuasan
kerja karyawan PT. Hyup Sung Indonesia Purbalingga sebagai berikut:
- Bagi
Perusahaan :
ü Lingkungan
yang kurang kodusif pada PT. Hyup Sung berdampak pada berkurangnya
produktivitas karyawan oleh karena itu perusahaan perlu liburan bersama atau outbound untuk meningkatkan memberi
perhatian supaya tercipta lingkungan kerja yang kondusif agar karyawan merasa
lebih nyaman dalam bekerja baik di lingkungan fisik maupun di lingkungan non
fisik. Sedangkan lingkungan non fisik dapat dengan mengadakan hubungan karyawan
dengan pempinan maupun antar karyawan.
2. Karena
banyaknya karyawan PT. Hyup Sung yang mangkir disebabkan kurangnya motivasi
diharapkan kepada HR PT. Hyup Sung Indonesia Purbalingga untuk selalu
memberikan motivasi kerja, memperhatikan absensi karyawan, dan memberi
pengarahan terhadap karyawan karena masih banyaknya karyawan yang mangkir
akibat kurangnya minat bekerja. Untuk mengatasi masalah tersebut perusahaan
harus memberi ganjaran yang jelas dan nyata seperti memberi penghargaan,
pujian, pangkat, agregat, keistimewaan dan sebagainya yang diberi untuk
memaksimalkan kepuasan kerja karyawan.
3. Bagi
Penelitian Mendatang:
ü Penelitian
dimasa yang akan datang sebaiknya memperluas variabel dan pengukuran variabel
penelitian sehingga kepuasan kerja karyawan pada PT. Hyup Sung Indonesia
Purbalingga bisa lebih meningkat.
ü Diharapkan
untuk penelitian selanjutnya dapat
mengkaji lebih dalam tentang motivasi kerja dan lingkungan kerja yang
berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan pada PT. Hyup Sung Indonesia
Purbalingga agar diperoleh gambaran yang lebih lengkap lagi, sehingga
diharapkan hasil penelitian yang akan datang lebih baik dari penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ahyari, Agus. 1994. Manajemen Produksi: Perencanaan Sistem Produksi. Yogyakarta :
BPFE.
Anaroga,
P. 1992. Perilaku Keorganisasian. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Umum.
Arikunto,
S. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu
Pendekatan Praktek. Edisi RevisiV. Jakarta: PT Rineka Cipta.
As’ad, Moh. 1995. Psikologi Perusahaan, Yogyakarta: Liberty.
Bintoro, Leonardus S. 2010. Analisis Pengaruh Lingkungan Kerja dan
Motivasi Kerja terhadap Kepuasan Kerja Karyawan PT. Sumber Sehat Semarang.
Universitas Diponegoro.
Ghozali,
Imam. 2011. Aplikasi Analisis
Multivariate dengan Program IBM SPSS19. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Gibson.
1996. Manajemen Personalia. Jakarta:
Ghalia Indonesia.
Hasibuan,
Malayu S.P. 2001. Manajemen Sumber Daya
Manusia. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Kotler,
Philip. 2002. Manajemen Pemasaran,
edisi millennium, jilid 1. Jakarta: PT. Prenhalindo.
Luthans.
1998.Organiational Behavior. Third Edition. New York: The McGrawHill Companies Inc.
McClelland,
D. 1961. The achieving society.
Princeton, NJ: D. Van Nostrand.
Nalendra, Evan. 2005. Pengaruh Kompensasi dan Motivasi Kerja
terhadap Kepuasan Kerja Karyawan pada PT. Karya Sejati Vidyatama. Universitas
Katolik Soegijapranata Semarang.
Nitisemito,
Alex S.. 1992. Manajemen Personalia. Jakarta:
Ghalia Indonesia. Rivai, Veithzal. 2004. Manajemen
Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan: Dari Teori Ke Praktik. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Rizwan, Azeem, dan Asif. 2010. “Effect of Work Motivation on Job
Satisfaction in Mobile Teleommunication Service Organization of Pakistan”.
Canadian Center of Science and Education.
Robbins,
Stephans. 2002. Prinsip-Prinsip Perilaku
Organisasi. Jakarta: Erlangga.
Siagian,
Sondang P. 2004. Teori Motivasi dan
Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Simamora,
Henry. 2006. Manajemen Sumber Daya
Manusia Edisi III. Yogyakarta: STIE YKPN.
Sugiyono.
2005. Metode Penelitian Administrasi.
Bandung: CV. ALFABETA.
Suratman, Adji. 2003. Studi Korelasi antara Motivasi Kerja,
Program Pelatihan, dan Persepsi tentang Penembangan Karir dan Kepuasan Kerja
Karyawwan. Ventura Volume 6 No.2.
Thoha,
Mitah. 2008. Ilmu Administrasi Publik
Kontemporer. Jakarta: Prenada Media Group.
Triguno.
2003. Budaya Kerja. Jakarta: PT
Golden Trayon Press.
Wursanto,
I. 2003. Dasar-Dasar Ilmu Organisasi. Yogyakarta:
Andi Offset.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar